Yuk, Cari Tahu Lebih Lanjut Mengenai Terapi Sel Punca

Sumber Foto: Top News
Sel punca (stem cell) dapat dihasilkan oleh tubuh manusia sendiri, sel ini mampu memperbaiki sel-sel yang rusak. Saat ini sel punca juga banyak digunakan sebagai inovasi pengobatan yang dapat mengobati jaringan tubuh.

Perkembangan pengobatan dengan sel punca di dunia sudah di mulai sejak 1996. Sementara di Indonesia kini terapi sel punca masih dikategorikan oleh Kemenkes sebagai pelayanan berbasis penelitian. Para dokter akan membuat standar prosedur setelah mendapatkan bukti ilmiah yang cukup.

Ketua Komite Sel Punca, Farid Anfasa Moeloek menjelaskan sel punca bisa didapatkan dari dua asal, yakni melalui autologus atau sel punca yang didapatkan dari diri manusia sendiri, kemudian juga allogenic dengan mendapatkan sel punca dari orang lain. Sel punca yang didapat dari diri sendiri nantinya dapat dikembangbiakkan di luar kemudian jika jumlahnya sudah memadai dapat disuntikkan kembali ke diri pasien.

Banyak diantara masyarakat Indonesia yang belum mengetahui bahwa di negaranya sendiri sudah dapat mengembangkan sel punca. Bahkan sudah ada beberapa pasien yang telah berhasil diobati.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan RS Cipto Mangunkusumo pada praktek penelitian sel punca yakni telaah pustaka, uji in vitro, studi di model binatang, studi translasi, uji klinis dan aplikasi klinis rutin.

Pada uji translasi dan klinis pada penderita patah tulang nunion, defek tulang, defek tulang rawan sendi, cedera sumsum tulang, kelainan panggul serta pengapuran sendi pada 42 pasien, sebanyak 10 pasien diantaranya gagal sambung dan defek tulang telah berhasil disembuhkan dengan pengobatan standar.

Kemudian sembilan pasien defek tulang rawan sendi dan lima pasien kelainan panggul menunjukkan perbaikan fungsional serta 18 pasien masih dalam pemantauan.

Adapun pelayanan berbasis penelitian di RS Dr Soetomo dilakukan oleh Pusat Kedokteran Regeneratif dan Stem Cell. Tercatat sudah 379 pasien melakukan terapi sel punca dengan berbagai jenis penyakit. Kasus yang paling banyak ditangani 99 kasus diabetes melitus, stroke 30 kasus, jantung 12 kasus dan 198 lainnya pada penyakit hati, saraf dan penyakit-penyakit darah berbahaya.

Terapi dengan sel punca menunjukkan tingkat perbaikan dari penyakit diabetes melitus sebesar 30-10 persen, pada pasien penderita nyeri sendi lutut mencapai 60-70 persen dan pada pasien penyakit stroke rata-rata 50 persen. Sedangkan untuk uji klinis pada penyakit jantung tingkat keberhasilannya antara 60-80 persen.

Selain itu, terapi lainnya yang telah dilakukan RSCM Jakarta adalah pengobatan pada tiga pasien penderita kaki diabetes dan lima pasien luka bakar parah dan telah menunjukkan hasil yang baik. Dari berbagai penelitian FKUI-RSCM sementara ini menunjukkan bahwa terapi sel punca masih dalam tahap penelitian, masih banyak aspek yang harus dioptimalkan dan diteliti sebelum masuk ke dalam aplikasi klinis rutin.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.32 tahun 2014 pemerintah telah menunjuk 11 RS pendidikan untuk dapat melakukan penelitian sel punca berbasis pelayanan. Diantaranya, RS M Djamil, RS Cipto Mangunkusumo, RS Persahabatan, RS Fatmawati, RS Dharmais, RS Harapan Kita, RS Hasan Sadikin, RS Kariadi, RS Sardjito, RS Sutomo dan RS Sanglah.

Mantan Menteri Kesehatan ini menghimbau kepada masyarakat Indonesia untuk tidak mudah percaya dengan pengobatan terapi sel punca. Sebab saat ini banyak klinik ilegal yang mengaku dapat melakukan terapi sel punca.

Pengobatan terapi sel punca memiliki dua pusat di Indonesia, yakni RSCM Jakarta dan RS Dr Soetomo Surabaya. Pemerintah juga terus memantau pelaksanaan terapi sel punca di Indonesia agar dilakukan oleh klinisi sesuai dengan kompetensinya. Melalui prosedur yang benar, tempat layanan dan laboratorium yang sesuai dengan permenkes.

Masyarakat juga diminta untuk tidak langsung percaya dengan iklan terapi yang beredar baik melalui pesan singkat, e-mail, media sosial, koran dan radio yang menyesatkan. Selain itu ada pula janji penyembuhan dengan bukti testimoni yang tidak disertai data hasil penelitian yang jelas, tarif terapi yang mahal, hal tersebut bukanlah menjadi jaminan terapi tersebut akan aman dan berhasil.

Pada Oktober 2014 yang lalu telah dibentuk konsorsium pengembangan sel punca dan jaringan yang beranggotakan Akademisi, Industri Kesehatan, Klinisi dan Pemerintah. Konsorsium ini dibuat dengan tujuan untuk mewujudkan Indonesia menjadi tuan rumah di negara sendiri bagi terapi sel punca dan jaringan. Ke depan konsorsium akan mendorong industri swasta dan BUMN untuk dapat memproduksi sel punca bagi pengobatan regeneratif di Indonesia.

Kemenkes telah mengeluarkan serangkaian regulasi tentang pelayanan dan laboratorium pengolahan sel punca untuk menjamin pasien mendapatkan pelayanan yang aman. Regulasi juga akan terus disesuaikan dengan perkembangan teknologi sel punca dan kebutuhan di Indonesia.

Konsorsium ini berharap masyarakat di Indonesia juga tidak perlu pergi ke luar negeri dengan mengeluarkan uang yang lebih banyak. Sebab di Indonesia telah mampu melakukannya dengan hasil yang lebih baik dan aman.

Komentar